JEDA KEHIDUPAN
- Chico Hindarto

- May 27, 2020
- 2 min read
Updated: May 29, 2020
Tanpa kita sadari, kerap kita tergulung dengan keseharian kita. Terlepas apakah kesibukan tersebut sifatnya terjadwal atau insidental. Akhir pekan, yang diharapkan menjadi jeda dari kesibukan, pada prakteknya dipadati berbagai acara keluarga dan aktifitas dengan teman-teman. Tidak mengherankan kita sering bertanya ke diri sendiri, mengapa tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat.

Kita bisa andaikan hidup seperti partitur musik. Ada beragam tanda pada partitur sebagai simbol untuk notasi, istirahat, jumlah ketukan, dan lain-lain. Hal yang menarik adalah, setiap simbol pada partitur tersebut adalah bagian dari lagu yang membentuk dinamika. Seperti halnya sebuah lagu, hidup kita juga ada bagian yang menegangkan, santai, tergesa-gesa, dan diam. Berdasarkan pengandaian ini, perlu ada jeda sebagai bagian dari dinamika kehidupan. Jeda merupakan bagian dari kehidupan. Ini adalah salah satu alasan mengapa tidur yang cukup adalah saran untuk hidup sehat. Idealnya, kita tidur setidaknya 30% dari total jam per hari, atau sekitar 7 jam.
Manfaatkan jeda sebagai peluang bagi fisik dan mental untuk beristirahat dan mengisi ulang energi. Beristirahat secara fisik secara naluri tidaklah sulit untuk dilakukan. Buatlah target dan jadwal istirahat yang cukup. Jangan istirahat karena kelelahan. Istirahatlah sebagai suatu disiplin diri. Hal yang menantang adalah istirahat mental, karena hal ini memerlukan fokus, disiplin, dan upaya yang lebih. Mengistirahatkan diri dari pikiran dan perasaan negatif perlu komitmen yang kuat. Seringkali kesulitan untuk istirahat mental dipicu oleh emosi negatif yang timbul karena khawatir, amarah, dengki, takut, sedih, dan lain-lain. Emosi negatif ini mempengaruhi pikiran, dan bisa berpengaruh pada fisik. Bersyukur adalah saran untuk mengurangi atau meniadakan emosi negatif ini. Syukuri nikmat yang kita terima, dengan tidak membandingkan diri dengan orang lain. Perasaan dan pikiran yang positif membuat kita menyadari bahwa sesungguhnya kondisi kita lebih baik dibandingkan dengan apa yang kita khawatirkan. Disarankan jeda mental didahulukan sebelum jeda fisik. Karena perasaan dan pikiran yang tenang akan membuat kualitas jeda fisik lebih baik.
Dinamika hidup
“Pernahkah kita berhenti sejenak untuk keluar dari rutinitas yang cenderung mekanistis dan otomatis? Cobalah beringsut sejenak untuk mencermati dinamika hidup dengan menciptakan jeda”
Ada ritual menarik pada kegiatan upacara formal di budaya Indonesia, yaitu mengheningkan cipta. Momen ini biasanya ditujukan untuk mengenang dan mendoakan pahlawan yang telah gugur untuk membela bangsa. Momen 'mengheningkan cipta' dapat menjadi alternatif penerapan jeda kehidupan harian. Jadwalkan waktu 'mengheningkan cipta' yang sesuai dengan preferensi pribadi. Ada yang lebih suka di pagi hari segera setelah bangun tidur, ada yang memilih melakukan sebelum tidur di malam hari, dan ada yang memilih waktu yang lain. Momen ini adalah tambahan dari jadwal jeda fisik, dan bisa menjadi bagian dari jeda mental. Inti 'mengheningkan cipta' ini adalah mensyukuri nikmat yang kita terima saat sekarang. Sadari bahwa kita hidup pada saat ini. Hindari membuat rencana masa depan atau mengenang masa lalu pada momen ini. Hal terkait dengan masa depan dan masa lalu berpeluang besar memicu emosi negatif yang akan mengganggu tujuan bersyukur melalui 'mengheningkan cipta' ini. Momen ini dapat dilakukan antara 10-20 menit. Jika merasa diperlukan, dapat dilakukan lebih dari sekali dalam sehari. Kegiatan reflektif ini tidak secara otomatis dapat dilakukan, karena banyak gangguan untuk berkonsentrasi pada hal positif yang dialami pada saat ini. Pembiasaaan diri dan komitmen adalah pokok penting untuk keberhasilan membangun momen ini.



Comments