top of page

BERKELANA TANPA BERGERAK

  • Writer: Chico Hindarto
    Chico Hindarto
  • Jul 12, 2020
  • 2 min read

Pandemi yang terjadi di 2020 ini sangat mengganggu perwujudan rencana banyak orang. Hal yang lebih buruk adalah banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena bisnis berhenti, atau setidaknya tersendat, karena tidak aktif selama berbulan-bulan. Bisnis menurun jauh dari tahun sebelumnya. Target yang dibuat untuk tahun ini dipastikan meleset.



ree

Perjalanan dinas saya yang dijadwalkan setiap bulan, mulai dari Maret sampai Juni 2020, tidak terlaksana. Untuk dua jadwal di bulan Maret: satu dibatalkan dan satu dipindah ke Oktober 2020. Untuk jadwal bulan April, event dipindah ke April 2021. Jadwal Mei dan Juni dilaksanakan dengan menggunakan video conference. Dengan segala keterbatasan, dua pertemuan ini dapat dijalankan, dan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Penerapan pola kerja seperti ini sebetulnya memberikan banyak penghematan biaya, walaupun nilai pertemuan tatap muka memiliki kualitas dan nilai lebih dibandingkan pertemuan virtual. Pertemuan secara fisik melibatkan kelima indra secara aktif, dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif. Ditambah, memori yang tersimpan di dalam pikiran pasti lebih meninggalkan kesan.

Dengan pola bekerja di rumah, pernah saya melakukan pertemuan virtual enam kali dalam satu hari. Saya harus aktif, karena saya yang memimpin hampir semua pertemuan tersebut. Jadwal yang saya buat hari itu juga terpaksa, karena ada jadwal pertemuan virtual di hari yang lain. Kelelahan yang terjadi lebih ke psikis, dibanding fisik. Menurut saya pribadi, kelelahan lebih berat pada kondisi normal, karena adanya tambahan kelelahan fisik.

Terus terang, saya adalah orang yang tidak suka komuter dalam waktu lama.

Kemacetan adalah kondisi yang harus dihadapi oleh setiap orang yang bekerja di metropolitan ini. Waktu yang terbuang di jalan adalah hal yang menjadi wajar di keseharian komuter dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Saya merasa beruntung karena kantor utama saya berlokasi tidak jauh dari rumah. Saya bisa menghemat waktu komuter saya di empat dari lima hari kerja dalam seminggu. Pada kondisi pandemi ini, saya memilih untuk bekerja di kantor antara 2 sampai 3 hari, saya bekerja di rumah untuk hari-hari sisanya.

Perjalanan jarak jauh dan komuter harian banyak berkurang pada kondisi pandemi ini. Kelelahan fisik juga berkurang banyak, namun konsekuensi akan keberlangsungan usaha menjadi tantangan yang sangat sulit dihadapi. Peran teknologi sebagai pendukung kegiatan usaha sangat dirasakan. Kita dapat melakukan banyak kegiatan tanpa meninggalkan rumah. Kita bisa berkelana tanpa bergerak dari rumah. Meskipun demikian, disiplin diri tetap dituntut dalam kondisi bekerja secara virtual seperti sekarang ini.

Semua berharap pandemi ini segera berlalu, dan kondisi akan kembali menjadi normal; atau menjadi "normal baru," seperti yang banyak dibicarakan berbagai kalangan. Namun, dengan pengalaman bekerja dari rumah, semakin terasa peranan teknologi yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan tanpa harus mengorbankan kelelahan fisik karena kemacetan di saat komuter. Dukungan teknologi ini juga memungkinkan untuk menjadi substitusi kegiatan yang seharusnya dilakukan dengan melakukan perjalanan ke luar kota ataupun ke luar negeri. Pola pikir bekerja pada masa depan, secara langsung ataupun tidak, akan terpengaruh dengan alternatif yang dimungkinkan oleh teknologi ini. Persoalan yang perlu dipertimbangkan adalah pengaruhnya terhadap hubungan interpersonal dalam penggunaan teknologi yang menihilkan faktor geografis untuk melakukan pertemuan, konferensi, ataupun bentuk interaksi fisik lainnya. Kondisi yang dulu hanya ada di film-film fiksi ilmiah, saat ini menjadi kenyataan, dan banyak orang sudah mulai membiasakan diri untuk mengadopsi ritual ini. Harapannya adalah kegiatan usaha kembali berjalan seperti semula, ditambah dengan alternatif penggunaan teknologi yang dapat mengefisiensikan sumberdaya, termasuk mengurangi kelelahan fisik dan waktu komuter.

Comments


bottom of page